Jakarta 16 Juni 2017,
Sekitar pukul 21;00 malam, saya tiba di rumah tempat tinggalku, di daerah Jakarta Pusat. Perjalan dari Bogor yang cukup jauh membuat saya terasa sangat lelah. Pelahan-lahan saya mulai meraba setiap sudut kantong celanaku, mencari se batang kunci pagar yag masih tertutup rapat.
Dengan keadaan lelah, saya pun mulai membuka gembok pintu pagar rumahku, dan kembali memasukkan motor yang masih terparkir di luar. Keadaan rumah yang begitu gelap, membuat saya sedikit merinding, apalagi hari ini sangat gelap. Listrik sedang padam. Yang hanya terlihat sambaran petir dengan gemuruh guntur disertai hujan deras.
Tak ada lagi kereta yang lewat, padahal rumahku biasanya ramai dengan suara kereta. Maklum rumah gue beradah di pinggir rel kereta. Malam ini, pastinya sangat sepih, teman-teman yang biasa nongkrong dirumah, tidak ada lagi. Mereka semua pulang kampung.
Rumahku malam ini layaknya rumah kosong seperti dalam cerita film sinetron. Gelap Gulita, yang dikunjungi seorang pria yang masih menggendong sebuah tas yang berisi sepasang kaian dan sikat gigih.
Sekitar pukul 21;30, saya masih berada diluar teras rumah, layaknya orang gila yang duduk di lantai. Sembari menunggu lampu kembali menyala. Namun harapanku malam ini tampaknya sudah pudar. Tak ada tanda-tanda lampu kembali menyala.
Saya pun mulai berdiri dan menuju kamarku yang berada di sudut rumah paling kiri Selatan. Kamar kosong yang masih pengap, gelap, dan berantakan, mengundang pemikiran-pemikiran yang menyeramkan. Apalagi rumahku memang terkenal Angker.
Konon sebelum dibangun, tempat ini adalah rumah tempat aborsi. Dari cerita yang beredar, dahulu banyak orang yang melakukan aborsi meninggal disini, baik itu anaknya, ibunya maupun keduanya (ibu dan anak). Sehingga tak heran jika banyak cerita yang menyeramkan terjadi dirumah ini.
Lain hanya teman-temanku yang pernah tinggal dirumah ini. Ia (berinisial D) pernah bercerita bahwa dirinya pernah didatangi bayi. Dan pada saat membuka pintu kamar, tepat di depanya terlihat seorang wanita dengan muka pucat dan rambut pajang. Akibat dari hal tersebut, membuat dirinya mengambil keputusan untuk pidah rumah
Cerita lain juga pernah datang dari honorer (berinisial S) yang pernah tinggal di rumah ini. Ia mengaku bahwa banyak mahkluk halus yag menghuni rumah ini. Pasalnya dia sering melihat sosok yang sering duduk ditangga rumah.
Kedua cerita mereka kembali terbayang jelas di fikiranku. Seakan-akan saya yang mengalami hal tersebut. Apalagi mengingat di depan tangga terdapat bercak kecil seperti darah yang tak bisa hilang.
Keadaan sendiri dalam kegelapan memang tak dapat dipungkiri jika terjadi pemikiran-pemikiran negatif. Apalagi gemuruh guntur dan sambaran petir terus terdengar, hujan deras disertai angin kencang.
Sudah pukul 00;00, listrik masih padam, hujan mulai berhenti, suara guntur tak terdengar lagi, angin sudah tidak bertiup lagi. Keadaan begitu sunyi, akupun mulai terbaring di kasur, sembari menutup muka dengan selembar kain.
Tiba-tiba terdengar suara aneh dari samping lemari. Layaknya suara pintu dibuka tutup disertai suara plastik yang tengah terinjak. Lama-kelamaan suara tersebut semakin dekat. Tiupan angin pun kembali terasa dan lama- kelamaan semakin kencang.
"Krekkkkkk, krokkkkk, krekkkkkkkkk, Krokkkkk, Ussssss" demikian suara yang saya dengar.
Keadaan yang gelap membuat saya tak berani membuka tutup muka. Apalagi kain yang saya gunakan seakan-akan tertarik dengan lembuh. Rasa takut pun semakin bertamba, layaknya orang menggigil. Keadaan seperti itu membuat hati saya dak dik duk. Akhirnya dengan pertimbaangan yang matang, saya membuka tutup muka dan melihat kelemari dan ternyata suara tadi adalah Kipas Angin ang jalan otomatis menandakan bahwa listrik kembali menyala. Horeeeee
Nah demikian cerita saya, Gimana Ceritamu...
Komentar
Posting Komentar