Langsung ke konten utama

Postingan

Malam Jumat dan Kipas Angin

Jakarta 16 Juni 2017, Sekitar pukul 21;00 malam, saya tiba di rumah tempat tinggalku, di daerah Jakarta Pusat. Perjalan dari Bogor yang cukup jauh membuat saya terasa sangat lelah. Pelahan-lahan saya mulai meraba setiap sudut kantong celanaku, mencari se batang kunci pagar yag masih tertutup rapat. Dengan keadaan lelah, saya pun mulai membuka gembok pintu pagar rumahku, dan kembali memasukkan motor yang masih terparkir di luar. Keadaan rumah yang begitu gelap, membuat saya sedikit merinding, apalagi hari ini sangat gelap. Listrik sedang padam. Yang hanya terlihat sambaran petir dengan gemuruh guntur disertai hujan deras. Tak ada lagi kereta yang lewat, padahal rumahku biasanya ramai dengan suara kereta. Maklum rumah gue beradah di pinggir rel kereta. Malam ini, pastinya sangat sepih, teman-teman yang biasa nongkrong dirumah, tidak ada lagi. Mereka semua pulang kampung. Rumahku malam ini layaknya rumah kosong seperti dalam cerita film sinetron. Gelap Gulita, yang dikunjungi s
Postingan terbaru

Pola dan Prosedur Belajar Tuntas

Konsep belajar tuntas memandang bahwa jika peserta didik dalam satu kelas memiliki taraf pencapaian kurang dari 95 %, maka kesalahan ditimpakan kepada guru selaku pendidik, bukan siswa. Sebab Banyamin S. Bloom memiliki pendapat bahwa tingkat keberhasilan atau penguasaan itu dapat dicapai, kalau pengajaran yang diberikan secara klasikal bermutu baik dan berbagai tindakan korektif terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan, dilakukan dengan tepat. Dalam Winkel, (1996: 415), Bloom mengembangkan suatu pola dan prosedur pengajaran yang dapat diterapkan pada peserta didik. Pola yang sudah diciptakan Bloom ini, merupakan suatu pembelajaran yang berhasil. Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Menentukan tujuan – tujuan pembelajaran yang harus di capai peserta didik, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. 2. Menjabarkan materi pelajaran yang akan disajikan atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing – masing dapat diselesaikan dal

Strategi Belajar Tuntas

Keberhasilan penerapan konsep belajar tuntas sangat besar kaitanya dengan kondisi audies atau peserta didik. Hasil belajar siswa dapat maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum jika proses pembelajaran mengajar dilakukan secara sistematis.  Kesistematisan pembelajaran hanya dapat diperoleh dari stategi pembelajaran yang digunakan, terutama dalam strategi bagaimana mengorganisir tujuan pembelajaran, bahana ajaran, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang belum dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah dirumuskan dalam silabus. Untuk itu, Winkel (1996: 413) menyarankan bahwa jika ingin pembelajaran terstruktur demi memperoleh hasil maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari maka: 1. Tujuan – tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan pembelajaran dirangkaikan, materi pelajaran dibagi – bagi atas unit – unit pelajaran yang dirutkan, sesuai dengan rangkaian segala tujuan pembelajaran.

Prinsip dan Proposisi Belajaran Tuntas

Konsep belajar tuntas atau Mastery Learning adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati). Pada prinsipnya konsep belajar tuntas berusaha menciptakan siswa agar memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat atau keterampilan yang dimilikinya. Siswa atau peserta didik yang cerdas dan yang tidak cerdas di usahakan agar memiliki selisi bakat yang tidak jauh. Intinya belajar tuntas mengusahakan siswa mencapai standar kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. John B. Carrol (1953) memiliki pandangan bahwa peserta didik yang cerdas atau memiliki kemampuan lebih, dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam waktu yang sedikit, jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas. Untuk itu, agar semua pembelajaran dapat diserap atau di kuasai semua siswa (baik yang cerdas mau pun tidak), maka perlu p

3 Ciri Ciri Media Pendidikan

Setelah sebelumnya kita membahas mengenai Pengertian Media Pembelajaran , Tentunya kita juga perlu mengenal ciri - ciri media pendidikan. Sebab kaitanya sangat erat. Dalam buku "Media Pembelajaran" karya Prof. Dr. Azhar Arsyad,  M.A. terdapat tiga ciri-ciri media pendidikan. Adapun ketiga ciri dari media pendidikan yang di ungkapkan oleh Gerlach and Ely 1971 yang digunakan sebagai alat bantu adalah sebagai berikut. 1. Fixative Property Fixative Property atau lebih dikenal dengan Ciri Fiksatif yaitu ciri dimana media harus mampu merekam, melestarikan, merekonstruksi dan menyimpan suatu objek atau peristiwa. Menurut ciri, media memiliki ciri dapat menyusun atau mengurut fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Objek yang telah direkam dengan video kamera dapat di produksi atau dikelola dengan mudah saat diperlukan. Media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu di trasportasikan tampa mengenal waktu. Ger

8 Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli

Media berasal dari kata medius (bahasa Latin) yang artinya pengantar, perantara atau tengah (menengahi antara materi dan PBM). Secara garis besar Media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh atau mendapat, pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Gerlach and Ely 1971). Gerlach and Ely memandang guru, buku teks atau seluruh buku yang berhubungan dengan pembelajaran dan lingkungan adalah media.Walau pun demikian dalam dunia PBM atau Proses Pembelajaran Mengajar Media kerap diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau eletronik untuk menangkap, memproses, serta menyusun ulang informasi verbal dan visual (Azhar Arsyad 214). Selain pengertian diatas ada beberapa pengertian media yang telah dikemukan para ahli seperti yang dikutip dalam buku Media Pembelajaran. Berikut penulis kutip satu persatu pengertian Media: 1. Association of Education and Communication Technology (AECT) Media adalah segala bentuk dan saluran yang di

Tingkat, Indikator dan Jenis-Jenis Kekerasan dalam Pendidikan

Hampir setiap harinya kita mendengar adanya kekerasan dalam dunia pendidikan. Baik melalui media social seperti facebook, twitter, bbm, intagram, TV, Koran, tabloid dan bahkan disekitar kita sendiri. Kebanyakan kekerasan tersebut dilakukan oleh kalangan guru dan orang tua siswa. Kekerasan pada umumnya diartikan sebagai sikap agresif pelaku yang melebihi kapasitas kewenangan (Thomas Santoso). Dalam hukum Indonesia kekerasan terhadap siswa sudah dianggap sebagai tindakan criminal. Terdapat tiga tingkatan kekerasan terhadap peserta didik di Indonesia. Ada pun ketiga kekerasan tersebut yakni Voilence as potential atau kekerasan tingkat ringan, Voilence in education yaitu kekerasan tingkat sedang dan Criminal action yaitu kekerasan tingkat berat. Ketiga kekerasan diatas terjadi karena berbagai penyebab baik factor Internal maupun factor eksternal. Kekerasan ini dapat muncul sewaktu-waktu dan bisa dilakukan siapa saja. Eri c Hoffer mengatakan, pemicu kekerasan dapat muncul karena, h